S E L A M A T D A T A N G DI GAPERDES GRESIK [ GABUNGAN PERAWAT DESA KABUPATEN GRESIK ] SATU-SATUNYA DI INDONESIA

Sosialisai dan Silahturahmi

Tentang Keberadaan Gaperdes Kabupaten Gresik

Persiapan Pengukuhan

Pertemuan dengan Wabub Gresik didambingi oleh Kabag Humas Pemda Gresik Dalam Rangkah Persiapan Penggukuhan Pengurus Gaperdes

Pertemuan Pengurus Gaperdes

Dengan Kepala Dinkes Kabupaten Gresik yang diwakili Kabag Yankes

Pembinaan dan Penyegaran

Program Poskesdes oleh tim pembina Dinkes Kabupaten Gresik di Desa Njobaang Ddelik Kecamatan Balongpanggang

Kegiatan Perawat Desa

Penimbangan dan pengobatan dasar Lansia di dusun karangasem

Jumat, 26 April 2013

Ragam Penyakit Gerogoti Kesehatan Lansia


Program Kesehatan Lanjut Usia meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna

JAKARTA, Jaringnews.com - Pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pada LaunchingPengembangan Program Peduli Lanjut Usia di Jakarta, Rabu (20/3).

Kata Menkes, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti oleh hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus.
Sementara penyebab kematian pada umur 65 tahun ke atas pada laki-laki adalah stroke (20,6%), penyakit saluran nafas bawah kronik (10,5 %), Tuberkulosis Paru (TB) (8,9 %), hipertensi (7,7 %), NEC (7,0 %), penyakit jantung iskemik (6,9 %), penyakit jantung lain (5,9 %), diabetes mellitus (4,9 %), penyakit hati (4,4 %), pnemonia (3,8 %).

Selain itu, pada perempuan adalah stroke (24,4 %), hipertensi (11,2 %), NEC (9,6 %), penyakit saluran pernafasan bawah kronik (6,6 %), diabetes mellitus (6,0 %), penyakit jantung iskemik (6,0 %), penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6 %), pnemonia (3,0 %) dan penyakit hati (2,2%)

Nafsiah katakan, bahwa tujuan Program Kesehatan Lanjut Usia adalah meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Untuk menunjang pembangunan program peduli usia lanjut Kemenkes sudah memiliki komitmen yang kuat untuk upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia.

sumber : http://jaringnews.com/hidup-sehat/umum/36931/ragam-penyakit-gerogoti-kesehatan-lansia

Panti Jompo buat Waria Pertama di Indonesia

Sekitar belasan perempuan tua berkumpul di dalam rumah merah muda di pinggir jalan sempit berdebu di pinggiran Jakarta. Mereka menjahit, membuat kue, dan mengobrol.

Sekilas, mereka terlihat seperti nenek-nenek kebanyakan, namun pipi kempot dan garis-garis mendalam di wajah mereka seakan menyimpan kisah kesulitan hidup.

Semua perempuan ini adalah "waria", dan rumah yang mereka tempati adalah panti jompo pertama untuk waria di Indonesia.

Kata waria dalam bahasa Indonesia menggabungkan 'wanita' dan 'pria'.

Waria digunakan untuk menggambarkan serangkaian identitas gender, meski biasanya merujuk pada pria yang merasa bahwa mereka adalah perempuan, dan digunakan bagi mereka yang sudah atau belum melakukan operasi ganti kelamin.

Panti jompo ini adalah pemandangan tak terduga tapi menunjukkan kontradiksi di sebuah negara di mana, sampai dua tahun lalu, pemerintah masih menganggap transgender sebagai orang-orang yang cacat mental.

Sebagai bagian dari penghargaan, pemerintah mulai bulan Maret ini akan mendukung operasional panti tersebut, yang sudah buka sejak November. Bentuk dukungan tersebut adalah program gizi dasar dan modal usaha bagi 200 transgender di Jakarta.

Namun tetap saja, sebagian besar dana untuk menyokong rumah tersebut berasal dari pendirinya, Yulianus Rettoblaut, seorang waria dan aktivis yang dikenal dengan nama Mami Yuli. Ia mengubah rumahnya sendiri menjadi panti jompo tersebut tahun lalu.

"Kami fokus pada waria yang sudah tua karena LSM biasanya berfokus pada yang muda," kata Mami Yuli, 51, pada AFP.

Dia tergerak untuk bertindak setelah melihat banyak dari rekannya sesama waria yang sudah lebih tua di jalanan, sakit-sakitan, pengangguran dan terpaksa hidup di kondisi kumuh.

Beberapa waria sudah menjadi selebritas dengan menjadi pembawa acara bincang-bincang atau MC, tapi di negara berpenduduk terbesar di Asia Tenggara dengan 240 juta jiwa, waria disingkirkan oleh keluarga mereka yang biasanya akan bertanggungjawab mengurus anggota keluarga yang sudah tua.

"Hidup sangat sulit buat mereka dan banyak yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka sering tak punya pilihan selain tidur di bawah jembatan," kata Mami Yuli.

Meski rumah ini memiliki dana yang sangat terbatas, ia berusaha memberikan makan tiga kali sehari untuk penghuni yang belajar menjahit, membuat kue, dan menata rambut jika mereka menganggur.

Kondisi tinggal mereka sangat tidak ideal. Sekitar 12 waria yang tinggal di sana tidur di kasur-kasur tua, sempit-sempitan di satu kamar tidur di atas tangga yang sempit.

Ketika Mami Yuli tak punya cukup uang untuk biaya operasional per hari panti jompo tersebut, yaitu Rp350 ribu, ia mengadakan pertunjukan di jalanan dan penghuni rumah bisa menyanyi atau menari. Meski sudah tua, mereka tetap bekerja untuk mencari penghasilan bila mampu.

Sebagai seorang penganut Katolik yang taat, kata Mami Yuli, ada 70 gereja di Jakarta yang mendukung rumah tersebut, bahkan memberi bantuan tempat pengungsian saat banjir. Dan hanya empat yang menyumbangkan uang.

Meski tantangannya besar, dia berharap suatu hari bisa menampung 800 waria yang sudah tua di Jakarta dan mengembangkan pantinya ke tanah kosong di sebelah rumahnya kini. Itu kalau Mami Yuli bisa mengumpulkan cukup uang atau dukungan dari pemerintah.

Laporan Koalisi Asia-Pasifik tentang Kesehatan Seksual Pria menyatakan ada 35 ribu transgender di Indonesia, namun aktivis menduga angkanya jauh lebih tinggi dari itu.

Ada kelompok-kelompok etnis tertentu di Indonesia yang menganggap waria patut dihormati, namun sebagian besar dari mereka menjadi target pelecehan dan intimidasi, meski ada tanda-tanda penerimaan yang meluas.

Diskriminasi menyebabkan banyak waria yang menjadi pekerja seks, memperparah penyebaran HIV dari 6-34 persen antara 1997 dan 2007 antarwaria di Jakarta, menurut data Kementerian Kesehatan.

Prostitusi ilegal di Indonesia dan majelis ulama mengharamkannya.

Tetap saja, industri ini berkembang luas di bar-bar karaoke di Indonesia serta jalan-jalan gelap, di mana waria sering membuka baju untuk memamerkan dada yang tumbuh akibat hormon dari pil KB atau suntikan silikon.

Beberapa malah ada yang memamerkan hasil operasi kelamin mereka, meski hanya sedikit waria yang mampu membiayai operasi ini. Prosedur ini sebenarnya sudah ada sejak 1970an, meski tidak resmi tercatat di sistem kesehatan masyarakat.

Pada usia 70 tahun, Yoti Oktosea sudah menjadi perempuan. Ia adalah salah satu penghuni panti Mami Yuli.

Dengan mengenakan celana pendek selutut dan kaus longgar, ia sudah tak lagi mengenakan riasan wajah atau melentikkan bulu mata, tapi dengan bangga ia memamerkan fotonya sebagai seorang perempuan muda.

Saat itu, ia adalah seorang pekerja seks yang banyak dicari, menurut pengakuannya.

"Tapi sekarang banyak yang melorot!" katanya tertawa.

Mami Yuli yang berpakaian rapi pernah bekerja selama pekerja seks selama 17 tahun tapi ia bisa membalikkan hidupnya, menjadi waria pertama yang mendapat sarjana hukum dari universitas Islam pada usia 46.

FPI adalah musuh utama waria, menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk menutup acara-acara transgender yang menurut mereka "mengancam nilai-nilai islam di Indonesia". Salah satu acara yang mereka gagalkan adalah pemilihan ratu kecantikan transgender pada Desember lalu.

"Kami berhasil menutup kontes tersebut dan kami bisa menggagalkan pertemuan waria lainnya," kata ketua FPI Jakarta Habib Salim Alatas.

Namun ada tanda-tanda bahwa masa depan bisa menjadi agak cerah buat komunitas marjinal ini.

Pada 2008, di Yogyakarta dibuka sekolah mengaji pertama untuk waria. Panti Mami Yuli bisa dilihat sebagai suatu kemenangan lain.


sumber:www.yahoo.com

Selasa, 23 April 2013

Benarkah Telepon Seluler Mempengaruhi Otak Kita?


Berapa lamakah Anda biasa menelepon menggunakan hp (atau lebih tepatnya meletakkan hp di kepala Anda) dalam satu waktu? Teknologi telepon memang telah membantu kita dengan fasilitas untuk mengurangi penghalang waktu dan jarak. Tapi tampaknya mulai sekarang kita harus berhati-hati. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Nora D. Volkow, MD, from the National Institute on Drug Abuse in Bethesda, Maryland, yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association menunjukkan bahwa meskipun tidak mempengaruhi seluruh bagian otak,  terjadinya perubahan pada bagian-bagian tertentu otak yang berada paling paling dekat dengan antena handphone. Perubahan tersebut mereka amati setelah kegiatan menelepon selama hanya 50 menit.
Melalui pemeriksaaan PET dan MRI, perubahan kecil pun dapat diamati oleh para peneliti. Melalui gambaran yang dihasilkan (lihat gambar), terlihat bahwa ketika telepon digunakan, terjadi peningkatan  signifikan dari  metabolisme gula pada area khusus yang berdekatan dengan antena hp atau tempat dimana hp kita melekat ke bagian kepala. Meskipun sebyek peneltiian tersebut tidak berbicara melainkan hanya mendengarkan saat menelepon, efek yang lebih besar terlihat pada individu yang berbicara ketika sedang menelepon.
Meskipun demikian, dampak biologis secara langsung dari peningkatan metabolisme gula di otak ini masih belum diketahui. Oleh karena itu, para peneliti menyebutkan bahwa temuan ini memiliki potensi ke arah positif, yaitu pemanfaatan temuan untuk terapi, namun juga potensi negatif yang harus dibuktikan lagi. Dengan temuan perubahan otak ini, para peneliti lain ditantang untuk menemukan lebih banyak lagi mengenai berbahaya tidaknya penggunaan telepon untuk otak, termasuk untuk menjawab kontroversi yang ada selama ini mengenai benarkan paparan telepon akan menimbulkan kanker.
Untuk lebih berhati-hati, kita disarankan untuk menggunakan hadsfree device atau menyalakan loudspekaer untuk mengurangi kontak antara hp dengan kepala kita. Anak-anak dan remaja juga harus berhati-hati dalam menggunakan telepon karena jaringan-jaringan syaraf mereka masih dalam proses perkembangan

Pemkab Gresik, Siap Turunkan 150 Perawat Poskesdes


Gresik adalah yang pertama dalam mengangkat tenaga perawat Poskesdes, karena di Kabupaten dan kota lain belum ada dengan alasan tidak ada payung hukumnya, demikian ungkapan awal yang disampaikan oleh dr. Herlina Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur saat memberikan pembinaan pada 150 Tenaga Perawat Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes), di Ruang Mandala Bhakti Praja Kamis (1/4).
“Pentingnya kebijakan kesehatan Pemerintah, karena orang sehat bisa lebih banyak berbuat dari pada orang yang sakit ungkapnya. Dr. Herlin demikian dia biasa disapa menambahkan sekitar 2.540 kematian dari 635.000 bayi yang lahir di Jawa Timur, serta ada 42 balita meninggal per 1000 balita yang ada di Jawa Timur.
Tingginya angka kematian bukan hanya dari penyakit menular, misalnya diare dan lain sebagainya yang tentunya di Eropa dan Amerika sudah tidak ada. Penyakit tidak menular seperti kolesterol Jantung yang dulunya didominasi oleh orang kelas atas ini juga ikut menyumbang tingginya angka kematian di Indonesia.
Dihadapan 150 Tenaga Poskesdes dr Herlina menekankan, tugas anda bukan mengobati, tapi menjaga masyarakat untuk tetap sehat dengan upaya Preventif dan promotif. Anda sebagai ujung tombak dalam menjaga lingkungan anda tetap sehat. “optimalkan pelayanan kesehatan di tingkat Primer, kalaupun tidak bisa ditangani ditingkat primer anda harus merujuk ke pelayanan tingkat sekunder dan seterusnya sampai ke tingkat tertier.
Dalam pembekalan tersebut Bupati Gresik, Dr. KH. Robbach Ma-sum, Drs, MM mengingatkan akan peran serta dan tugas perawat Poskesdes untuk tetap berada di tengah-tengah masyarakat. Anda harus selalu siap setiap saat “jangan sampai saat dibutuhkan masyarakat anda tidak berada ditempat pinta Bupati serius. (sdm)